Oleh: Shofiyah Amirotin Psikologi
Bangkalan, Metroliputan7.com.–
Saat ini kegiatan menghafal alquran di Indonesia berkembang begitu pesat, terbukti dengan semakin banyaknya hafidz dan hafidzah, mulai dari usia sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menghafal al-quran bukanlah sesuatu yang mudah namun hal tersebut merupakan sesuatu yang mulia dan sebagai amal ibadah bagi umat islam. Pada dasarnya menghafal Al-Qur’an bukan hanya sekedar masalah minat, bakat ataupun motivasi yang besar, melainkan menghafal Al-Qur’an haruslah dengan dasar niatan hati yang ikhlas.
Setiap orang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mempunyai persiapan yang matang agar proses hafalan dapat berjalan dengan baik dan benar. Banyak orang yang menghafal Al-Qur’an tetapi karena strategi dan metode yang kurang tepat, hasilnya menjadi kurang memuaskan. Tentunya dalam menghafal Al-Qur’an melalui beberapa tahapan mekanisme yang berkaitan dengan kognisi seseorang dalam perspektif ilmu Psikologi yakni pemrosesan informasi. Dalam proses menghafal Al-Quran melalui sudut pandang pemrosesan informasi, terjadi proses mulai dengan adanya stimulus atau informasi masuk ke sensori memori kemudian akan diseleksi, informasi yang tidak diperhatikan akan hilang sedangkan informasi yang diberikan perhatian akan masuk ke dalam short term memory (memori jangka pendek). Semakin lama informasi dipertahankan di short term memory (memori jangka pendek) dengan bantuan pengulangan maka semakin besat kemungkinannya untuk masuk ke long term memory (memori jangka panjang). Atkinson dan Shffrin (dalam Nursalim, 2022) menjelaskan strategi yang digunakan untuk mempelajari informasi baru, yaitu:
1. Pengulangan (rehearsal) yaitu pengulangan informasi baik dengan keras maupun lirih secara terus-menerus hingga informasi tersebut dapat dipelajari
2. Pengodean (encoding) yaitu berusaha menempatkan informasi agar dapat diingat dalam konteks informasi tambahan yang mudah diingat.
3. Membuat gambaran (imaging) yaitu menciptakan gambaran visual agar materi lebih mudah diingat
Beberapa poin diatas telah menjelaskan bagaimana proses suatu informasi masuk ke dalam otak dan tersimpan di memori jangka panjang tentunya dengan beberapa tahapan yang berkaitan erat dengan proses menghafal Al-Quran sendiri. Metode menghafal Al-Qur’an pada prinsipnya tidak terlepas dari proses mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an, baik dengan bacaan atau dengan mendengar, sehingga bacaan tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat diulang kembali tanpa melihat mushaf.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mubarokah (2019) terdapat metode dalam menghafal Al-Quran diantaranya:
1. Bin-Nazhar yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-ulang.
2. Bil-Ghaib yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang secara bin nazhar tersebut.
3. Metode Semaan dengan sesama teman tahfidz yaitu semaan Al-Qur’an atau tasmi’ (memperdengarkan hafalan kepada orang lain).
4. Metode Talaqqi merupakan proses bimbingan bacaan antara pengajar dan peserta secara berhadapan dengan melibatkan indera utama yaitu mendengar dan melihat.
5. Metode Takrir yaitu mengulang hafalan atau mensima’kan hafalan yang pernah dihafalkan kepada guru tahfidz.
6. Metode Tartil. Dalam membaca Al-Qur’an diharuskan untuk membaca secara tartil, tidak boleh tergesa-gesa membaca Al-Qur’an dengan tartil walau sedikit lebih baik daripada membaca Al-Qur’an tidak tartil walau banyak.
Dalam proses belajar menghafal para santri penghafal Al-Quran terdapat mekanisme kognitif yang dapat dijelaskan dalam persepktif Psikologi, prosesnya dimulai dengan adanya encoding yaitu memasukkan informasi baru yaitu ayat Al-Quran ke dalam otak dengan cara membaca dengan cermat juga bisa dengan mendengarkan (metode bin nadzar), lalu ayat tersebut masuk ke dalam memori sensori, bila pada tahap ini informasi/ayat tidak diulang-ulang maka akan keluar dari short term memory, kemudian bila ayat tersebut diperhatikan maka terjadi rehearsal yaitu ayat Al-Quran diulang terus menerus atau disebut muroja’ah dalam metode diatas juga disebut dengan bil-ghaib yaitu menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dihafal dengan baik lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya hingga sempurna. Kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kembali sampai benar-benar hafal, Lalu ayat yang telah melalui proses rehearsal telah masuk ke dalam long term memory (memori jangka panjang) yaitu penyimpanan memori yang memiliki kapasitas tidak terbatas, dan ketika informasi tersebut dibutuhkan maka dapat dikeluarkan, dalam metode diatas proses ini terjadi dalam metode Takrir yaitu ketika para santri mensima’kan hafalan Al-Qurannya kepada guru tahfidz yaitu dengan cara ditanya secara acak tentang ayat atau surat Al-Quran yang telah di hafalkan proses ini disebut sebagai retrieval yaitu memanggil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori.
Ahad, 04 Agustus 2024.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)