Penulis: Afidah Diniyah
Bangkalan, Metroliputan7.com –
Dalam puisi berjudul zikir karya D.Zawawi Imron disebutkan ” …hompimpah hidupku, hompimpah matiku, hompimpah nasibku, hompimpah, hompimpah, hompimpah!…”
Kata hompimpah tersebut menggambarkan sebuah ritual pengundian, tersirat rasa pasrah diri kepada sang ilahi.
Hidup,mati,nasib dikembalikan pada tuhan. Dari tuhan kembali ke tuhan, sejatinya manusia hanyalah sebuah wayang yang ceritanya sudah diatur oleh dalang. Nasib semua bagian, jatah manusia yang sudah diteggakkan nyata dan jelas oleh pencipta. Konon katanya, hanya mampu bermain dengan do’a dan usaha dari hamba. nasib seringkali disamakan dengan takdir , nasib yang menimpa suatu hamba tidak serta merta terjadi begitu saja namun terdapat sebab akibat dari perbuatan. penulis dalam puisinya menyerahkan seluruh hidupnya,matinya kepada sang penciptanya.
Hidup karena tuhan, matipun karena tuhan. Hompimpa alaium gambreng berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “Dari Tuhan kembali ke Tuhan, ayo bermain”. Namun, dalam dunia anak-anak kalimat tersebut biasanya menjadi sebuah permainan yang dianggap biasa atau tidak memiliki arti. Hompimpa sendiri sebuah kata yang sering digunakan dalam permainan anak-anak sebagai cara untuk menentukan giliran atau pemenang secara acak.
Kata tersebut diucapkan secara bersama-sama oleh para pemain sambil menunjukkan telapak tangan dengan posisi berbeda-beda. hompimpa merupakan salah satu cara nenek moyang kita untuk mengajarkan tuhan pada anak-anak lewat sebuah permainan. dimana dalam sebuah permainan pastilah ada yang menang dan kalah secara tidak langsung menunjukkan terdapat nilau musyawarah dalam kata tersebut seperti keadilan, penerimaan,kerjasama,dan kesederhanaan.
Senin, 05 Agustus 2024.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)
