Scroll untuk baca artikel
Berita

Biografi Singkat Panembahan Mangkuadiningrat

989
×

Biografi Singkat Panembahan Mangkuadiningrat

Share this article

Bangkalan, Metroliputan7.com.–

Sri Paduka Panembahan Mangkuadiningrat adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Madura, khususnya di wilayah Pamekasan. Untuk memahami kiprah beliau secara objektif, perlu dipahami bahwa pada abad ke-19, Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara belum terbentuk. Saat itu, wilayah Nusantara masih terdiri atas kerajaan, kesultanan, dan kadipaten yang merdeka, menjadi vasal, atau berada di bawah pengaruh kolonial Belanda maupun kekuatan asing lain seperti Inggris dan Portugis.

Madura merupakan salah satu kerajaan yang awalnya ditaklukkan oleh Mataram pada 1624, dan kemudian secara sepihak diserahkan kepada Belanda berdasarkan Perjanjian 11 November 1743. Penyerahan ini sangat ditentang oleh rakyat Madura karena mereka ingin berdagang langsung dengan Belanda tanpa perantara Mataram. Penolakan ini memicu Perang Madura Raya, yang berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Cakraningrat IV dan Madura benar-benar berada di bawah kendali Belanda sejak 15 November 1745.

Di tengah situasi itu, lahirlah seorang bangsawan muda yang kelak menjadi Panembahan Pamekasan. Beliau adalah Raden Palguna, putra dari Sultan Cakraadiningrat I (R. Abdurrahman) yang memerintah Bangkalan (1780–1815), dan Raden Ajeng Kadarmanik dari Blega. Pada tahun 1799, Raden Palguna dinobatkan sebagai R. Ario Prawirodiningrat dan memperoleh pangkat Kolonel. Beliau juga dikenal dengan nama Arab Abdul Latif.

Pada 19 September 1804, beliau resmi diangkat menjadi Bupati Pamekasan dengan gelar Gusti Pangeran Adipati (GPA) Mangkuadiningrat, dan penobatan resminya dilakukan pada hari Kamis, 8 Jumadil Awal, tahun Jimawal dengan candrasengkala Cahya Murub Kaswaringrat. Ia dikenal sebagai pemimpin yang karismatik, pemberani, dan sangat dicintai oleh rakyat serta pasukannya. Beliau sering terlihat di Dinoyo, melatih pasukan tempur setiap pagi dan sore hari. Kepemimpinan beliau bahkan terdengar hingga ke telinga penguasa Inggris ketika Inggris menguasai Jawa dan Madura.

Pada 10 November 1804, berdasarkan Surat Keputusan tertanggal 27 Juli 1829, beliau dikukuhkan sebagai Raja Pamekasan dengan gelar Sri Paduka Panembahan Mangkuadiningrat. Gelar “Panembahan” merupakan gelar khusus untuk raja-raja di Madura.

Panembahan Mangkuadiningrat memiliki 42 orang istri dari berbagai daerah — termasuk dari Janglor, Batonaong, Sumenep, Bugis, Demak, Besuki, dan lainnya — serta dikaruniai 84 orang anak. Keturunannya tersebar di berbagai wilayah Madura seperti Pamekasan, Sumenep, Sembilangan, dan Bangkalan. Salah satu keturunan beliau, Pangeran Adipati Ario Mangkuadiningrat (Moh. Hasan) atau dikenal sebagai Pangeran Kornel, menjadi Bupati pertama Pamekasan (1854–1891).

Sri Paduka Panembahan Mangkuadiningrat wafat pada hari Jumat sore, pukul 16.30, tanggal 25 Maret 1842 M / 12 Safar 1258 H, dan dimakamkan di Asta Barat, Kabupaten Pamekasan.

Agus Lahendra, S. Pd.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *