Aswan bersama dengan dr. Muhammad Risqy Abdullah. SpM saat melakukan kontrol usai menjalani operasi di Puskesmas Gayam Pulau Sapudi.
Sumenep— Metroliputan7.com.–
Desa Ndang Timur di Pulau Sapudi, Kecamatan Gayam, kini memiliki sosok yang kembali menatap dunia dengan penuh rasa syukur: Aswan, seorang petani sederhana berusia 45 tahun yang selama dua tahun terakhir hidupnya terhalang oleh gelapnya penglihatan akibat penyakit katarak. Berkat program Tim Yankes Bergerak dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Aswan kini bisa kembali melihat dengan jelas, seperti dulu.
Aswan adalah pria desa yang bersahaja. Kesehariannya sebagai petani penuh kesabaran, dilaluinya dengan berbagai tantangan. Namun, selama dua tahun belakangan, tantangan hidupnya bertambah berat ketika penglihatannya mulai kabur. Katarak yang ia derita membuat setiap langkahnya terasa lebih hati-hati, lebih lambat. Rasa takut akan jatuh dan kesulitan melihat membuat aktivitas bertaninya semakin terbatas.
“Alhamdulillah, sekarang sudah mendingan,” ujarnya dengan senyum lega yang seakan tak pernah berhenti sejak penglihatannya membaik. “Dulu, mau jalan saja mesti pelan-pelan, takut nabrak atau jatuh. Sekarang bisa lihat dengan jelas, syukur Alhamdulillah,” katanya.
Perjalanan Aswan menuju kesembuhan berawal ketika Puskesmas Gayam mengadakan operasi katarak dalam program Tim Yankes Bergerak yang ditangani oleh tim medis dari RS Mata Masyarakat Jawa Timur dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUD M Anwar Sumenep. Sebuah upaya Pemprov Jawa Timur untuk membawa pelayanan kesehatan lebih dekat ke masyarakat kepulauan. Pada Sabtu, 26 Oktober 2024, di Puskesmas Gayam, Aswan menjalani operasi katarak yang ditangani langsung oleh dr. Muhammad Risqy Abdullah, SpM, seorang spesialis mata dari RSUD Dr. Soetomo.
Bahaya Katarak di Kalangan Petani dan Nelayan
Menurut dr. Muhammad Risqy Abdullah, SpM, profesi seperti petani dan nelayan memang memiliki risiko tinggi terhadap gangguan penglihatan. Paparan sinar matahari langsung setiap hari menjadi faktor utama yang menyebabkan kerusakan pada lensa mata mereka. Selain katarak, petani dan nelayan juga rentan mengalami pertumbuhan jaringan pada mata, yang disebut pterygium yang bisa menghalangi penglihatan jika dibiarkan menebal.
Antrian pasien mata menantikan giliran operasi oleh dokter mata dalam Program Tim Yankes Bergerak Pemprov Jatim.
“Sinar matahari adalah salah satu penyebab utama katarak dan pterygium pada petani dan nelayan. Di Pulau Sapudi, khususnya bagi mereka yang bekerja di bawah terik, gangguan mata adalah hal yang kerap terjadi,” jelas dr. Risqy. “Katarak adalah kondisi yang bisa ditangani, dan harapan kami dengan program Yankes Bergerak ini adalah untuk memastikan masyarakat kepulauan tidak harus pergi jauh-jauh ke kota besar hanya demi mendapatkan layanan kesehatan.”
Setelah operasi, Aswan tak henti-hentinya mengucap syukur. Dunia yang semula kabur kini kembali terang, memungkinkan dirinya bekerja kembali di ladang dengan penuh semangat. “Saya merasa diberi kesempatan kedua,” ujarnya dengan penuh haru. Sebagai tulang punggung keluarga, kemampuan untuk bekerja kembali membuatnya merasa lebih berarti dan percaya diri.
Kisah Aswan adalah bukti nyata dari dedikasi pemerintah dan tenaga kesehatan dalam memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Melalui program Yankes Bergerak, Pemprov Jatim telah membawa harapan baru bagi banyak orang seperti Aswan. “Ini adalah hasil kerja keras kita semua, tim medis dan pemerintah, demi memastikan masyarakat dapat menikmati hak mereka atas kesehatan, tanpa harus terbatas oleh jarak,” tambah dr. Risqy.
Di balik senyum dan ucapan syukur Aswan, ada inspirasi besar bagi kita semua. Bahwa harapan dapat kembali hadir, bahkan di balik kaburnya pandangan, ketika ada niat baik yang menyinari langkah-langkah kecil masyarakat pelosok. Kini, di bawah langit Sapudi yang cerah, Aswan bisa melihat lagi keindahan ladangnya, merawat tanamannya, dan menikmati cahaya yang seakan baru pertama kali menyapa hidupnya.