Penulis: Sofyan Hidayatullah)
Bangkalan, Metroliputan7.com.–
Ketegangan antara Iran dan Israel bukan hanya menjadi konflik regional di Timur Tengah, melainkan juga memiliki dampak global yang dapat dirasakan hingga ke Indonesia. Sebagai negara yang aktif dalam perdagangan internasional dan memiliki ketergantungan pada stabilitas ekonomi dunia, Indonesia tidak bisa sepenuhnya terisolasi dari efek domino yang mungkin timbul. Salah satu dampak paling langsung adalah pada sektor energi. Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar,
sementara Israel memiliki pengaruh geopolitik yang signifikan. Jika konflik ini menyebabkan gangguan pasokan minyak, harga energi global akan melonjak. Indonesia sebagai importir minyak akan terkena imbasnya, mulai dari kenaikan harga BBM yang berujung pada inflasi hingga membengkaknya defisit neraca perdagangan akibat biaya impor yang lebih tinggi.
Selain energi, stabilitas keuangan Indonesia juga bisa terganggu. Pasar saham dan nilai tukar mata uang sering kali bereaksi negatif terhadap ketegangan geopolitik. Jika investor asing menarik modal mereka dari pasar negara berkembang seperti Indonesia, nilai rupiah bisa melemah. Hal ini akan membuat harga barang impor semakin mahal dan berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Belum lagi risiko serangan siber yang mungkin terjadi mengingat kedua negara yang bertikai memiliki kemampuan perang digital yang canggih. Infrastruktur vital seperti perbankan, pemerintahan, atau bahkan data nasional bisa menjadi sasaran, mengancam keamanan digital Indonesia.
Di sisi lain, konflik ini juga berpotensi memengaruhi stabilitas politik dan keamanan dalam negeri. Ketegangan di Timur Tengah sering kali memicu polarisasi di Indonesia, terutama di kalangan kelompok tertentu yang memiliki afiliasi ideologis dengan salah satu pihak. Hal ini dapat meningkatkan risiko aksi radikal atau provokasi yang mengganggu keamanan nasional. Pemerintah perlu waspada terhadap potensi penyebaran narasi kebencian atau agitasi yang bisa memecah belah masyarakat.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah keselamatan Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di kawasan Timur Tengah. Jika konflik meluas ke negara-negara sekitar seperti Lebanon atau Yordania, ribuan TKI bisa terancam. Pemerintah mungkin harus melakukan evakuasi besar-besaran, yang tentu membutuhkan biaya dan koordinasi yang tidak sederhana. Selain itu, hubungan diplomatik Indonesia juga akan diuji. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dan pendukung Palestina, Indonesia harus menjaga keseimbangan agar tidak terseret dalam dinamika proxy war antara Iran dan Israel.
Tidak hanya itu, krisis pangan juga bisa menjadi ancaman serius jika konflik berkepanjangan. Indonesia mengimpor gandum dan pupuk dari berbagai negara, termasuk kawasan yang mungkin terdampak tidak langsung oleh perang ini. Gangguan pada rantai pasokan global dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga bahan pokok, yang pada akhirnya memberatkan masyarakat.
Melihat kompleksitas dampak yang mungkin terjadi, Indonesia perlu mengambil langkah antisipatif. Mulai dari memperkuat ketahanan energi, menjaga stabilitas nilai tukar, hingga meningkatkan pengawasan terhadap potensi ancaman keamanan siber dan radikalisme. Diplomasi aktif juga harus terus dijalankan untuk mendorong resolusi damai dan mengurangi eskalasi konflik. Dalam situasi dunia yang semakin terhubung, ketegangan di belahan bumi lain bisa dengan cepat menjadi masalah bersama. Oleh karena itu, kewaspadaan dan kesiapan menjadi kunci agar Indonesia bisa melalui gejolak ini dengan minim kerugian.
Rabu, 02 Juli 2025.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)