Scroll untuk baca artikel
Berita

Kisah Dedikasi Petugas Haji Ketua Kloter SUB 16 Dampingi Jemaah di Tanah Suci

906
×

Kisah Dedikasi Petugas Haji Ketua Kloter SUB 16 Dampingi Jemaah di Tanah Suci

Share this article

Foto : Humas Kanwil Kemenag Jatim

Surabaya – Metroliputan7.com.–

Petugas haji bukanlah pekerjaan biasa, karena kesehariannya bertugas melayani para tamu Allah. Kesempatan pengalaman sebagai petugas haji ini dirasakan oleh Ahmad Allauddin, yang bertugas sebagai Ketua Kloter SUB 16 Embarkasi Surabaya yang membagikan kisah dedikasinya mendampingi para tamu Allah tahun ini.

 

Melalui keterangan resminya, Allauddin mengatakan pekerjaan sebagai petugas haji adalah hal yang sulit. “Ini tidak mudah, ini perjuangan,” ujarnya, Jumat (20/6/2025).

 

Selama di Arab Saudi, Allauddin menerangkan, jemaah Kloter SUB 16 harus tinggal terpencar di 19 hotel, yang tersebar dalam 6 sektor dan 4 wilayah. Kondisi ini membuat petugas harus melakukan visitasi harian lintas lokasi untuk memastikan jemaah tetap mendapatkan pendampingan.

 

“Saya bersama pembimbing ibadah dan dokter kloter setiap hari mendatangi hotel-hotel tempat jemaah menginap. Dari satu wilayah ke wilayah lain, kami harus berjalan kaki dari terminal ke terminal,” jelasnya.

 

Salah satu tantangan dalam proses penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, diungkapkan Allauddin, adalah distribusi kartu nusuk yang dilakukan secara minim koordinasi.

 

Allauddin yang diketahui juga sebagai Ketua Tim Humas, Protokol, dan Sistem Informasi Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur ini mengungkapkan, pembagian nusuk dilakukan oleh pihak syarikah sejak di Madinah tanpa pemberitahuan kepada sektor maupun petugas kloter.

 

“Distribusi dilakukan malam hari di lobi hotel. Karena jemaah tersebar, banyak yang kesulitan menerima. Meski menjelang Armuzna akhirnya terdistribusi, ada yang belum menerima secara fisik, namun tetap bisa berangkat karena telah mengunduh aplikasi nusuk,” ungkapnya.

 

“Koordinasi yang minim membuat sektor memanggil ketua kloter untuk turut mengatur proses distribusi yang semestinya bisa lebih tertib dan terpusat,” sambung Allauddin.

Menurutnya, tantangan lain menjadi petugas haji tahun ini datang dari fase Armuzna. Ia menjelaskan bahwa selama masa puncak ibadah, pengelompokan jemaah dilakukan berdasarkan khalifah, bukan lagi kloter. Hal ini menuntut petugas untuk mengumpulkan jemaah dari berbagai kloter dan hotel yang sebelumnya tidak saling mengenal.

 

Di sisi transportasi, Allauddin menjabarkan, arus dari Muzdalifah ke Mina sebenarnya tersedia. Namun, banyak jemaah memilih berjalan kaki akibat lalu lintas padat, yang justru memperlambat pergerakan kendaraan.

 

“Alhamdulillah, meskipun macet dan cukup menantang, seluruh jemaah kami berhasil sampai di Mina sebelum pukul 10 pagi,” paparnya.

 

Menanggapi adanya isu yang menyebut adanya petugas yang memanfaatkan tugas untuk berhaji pribadi, Allauddin memberikan penjelasan yang tegas dan terbuka.

 

“Saya hanya melakukan umrah sunah dua kali. Kalau ingin lebih, saya bisa. Tapi saya memilih fokus melayani. Waktu saya lebih baik digunakan untuk memastikan jemaah kami dalam kondisi aman dan nyaman,” ujar Allauddin.

 

Di balik berbagai tantangan yang dihadapi, Allauddin juga merasakan kebahagiaan dan rasa syukur selama menjalankan tugas. Ia merasa terharu saat bisa menemui jemaah di hotel-hotel yang tidak memiliki petugas kloter sama sekali.

 

“Dukanya, harus terpisah dari jemaah di banyak tempat. Sukanya, ketika melihat jemaah merasa terlayani dan dilindungi, meskipun mereka bukan dari kloter kami,” tuturnya.

 

Ahmad Allauddin dan para jemaah Kloter SUB 16 telah tiba kembali di tanah air dalam keadaan sehat dan selamat. Kisahnya menjadi cerminan dedikasi tinggi para petugas haji Indonesia yang menjalankan amanah dengan penuh integritas, profesionalisme, dan semangat pengabdian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *