Bangkalan – Metroliputan7.com.–
“Jika kau penat maka beristirahatlah dan jika kau bosan maka berwisatalah” Kutipan tersebut sangat susah untuk dikecap oleh mbak DW yang beprofesi sebagai pramusaji sebuah cafe kecil di tengah kota di kabupaten Bangkalan. Mbak DW yang sudah menginjak usia kepala 5, mesti ikut andil membantu sang suami dalam mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarga yang tentu tak sedikit.
Mbak DW tinggal bersama kedua putranya yang masih menggali ilmu pendidikan. Keseharian aktivitas mbak DW tak jauh dari alat masak dan bumbu dapur. Mbak DW begitu telaten dalam melaksanakan tugasnya. Keluhan nyaris tak pernah keluar dari bibirnya yang senantiasa menyunggingkan senyum ramah menutupi gurat lelah akan peliknya hidup.
Disamping melaksanakan tugasnya, mbak DW tak pernah lupa akan anaknya yang membutuhkan perhatian khusus. Tuhan tahu mbak DW adalah orang yang sabar dan kuat, sebab itulah ia dititipkan sesosok anak istimewa untuk mengajarkan kepadanya arti sabar yang sesungguhnya. Anak sulungnya yang masih duduk di bangku sekolah tentu masih butuh biaya cukup banyak.
Meski ia telah menghabiskan banyak pengeluaran, pada putra sulungnya, ia tetap tabah menjalani hidup dan melupakan kata mengeluh. Malah semangat kerjanya semakin berkoar demi kesuksesan akan cita-citanya sang buah hati. “ apapun akan saya lakukan demi tercapainya anak-anak saya”, ucap DW di saat tengah menikmati waktu luangnya yang sangat terbatas pada media.Minggu (17/09/2023).
Di era globalisasi yang semakin modern, alat transportasi semakin canggih. Pengetahuan semakin menggila, telah terlahir begitu banyak sarjana di tanah air. Tak hanya pengetahuan yang meningkat, bahkan kendaraan pun kini beroda empat.
Disaat orang-orang disekeliling mbak DW, berpergian menggunakan transportasi roda empat, ia dengan bangga menunggangi kendaraan roda duanya yang sudah tua. Mbak DW benar-benar cerminan yang sangat inspiratif, ia tak pernah merasa kecil diantara orang-orang yang berkecukupan. Karena baginya, sekecil apapun yang dipunya apabila disyukuri akan bermakna banyak.
“Kebanyakan dari kita tak mensyukuri nikmat yang telah diterima, selalu saja ada kata tak cukup dikala waktu mengucap syukur. Tetapi berbeda dengan mbak DW yang selalu menanggapi sekuel hidupnya dengan seulas senyum dan untaian puji syukur. Ekonomi yang terbatas tak membuatnya kehilangan semangat untuk mengejar ketertinggalan zaman”.
Alur hidup memang tak selalu mudah, begitulah kisah hidup mbak DW yang kadang mendapat cemoohan dari orang sekitar tentang anaknya yang special. Kadang mbak DW ingin menangis. Bukan karena mbak DW sudah tak kuat menahan beban hidup, tetapi karena ia tak tega sekaligus bangga melihat anaknya yang selalu menampilkan senyum ceria walaupun diberi keterbatasan. Mbak DW merasa orang yang paling beruntung karena dikaruniai si bungsu yang dengan semangat mencari ilmu dengan keterbatasan, mbak DW sedang fokus berkutat dengan alat dapur. Sungguh terbuat dari emas hati beliau, dengan bangganya ia merasa menjadi orang paling bahagia di seluruh dunia walaupun sejuta lara ia pikul di pundaknya.