Oleh: Shihhatul afiyah (Sastra Inggris)
Bangkalan, Metroliputan7.com.–
Di era digital saat ini, perkembangan teknologi telah mengubah cara hidup kita. Generasi muda, khususnya kaula muda sekarang, hidup di tengah arus perubahan yang begitu cepat. Teknologi membawa berbagai kemudahan, namun juga tantangan. Salah satunya adalah kecenderungan untuk hidup dalam “zona nyaman” atau comfort zone. Dalam perspektif Islam, hidup statis tanpa dorongan untuk berkembang adalah sebuah ujian tersendiri. Hijrah dari comfort zone menjadi kewajiban moral dan spiritual bagi setiap Muslim, khususnya generasi muda, untuk mencapai potensi yang lebih tinggi dalam iman dan amal.
Apa itu Hijrah dari Comfort Zone?
Hijrah dalam konteks syariat Islam bukan hanya berarti perpindahan fisik seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dari Mekkah ke Madinah, tetapi juga perpindahan spiritual dari keburukan menuju kebaikan. Dalam kaitannya dengan comfort zone, hijrah berarti meninggalkan kebiasaan yang membuat kita stuck on the one thing, malas, atau puas dengan keadaan yang tidak produktif, untuk kemudian bergerak ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi, sosial, maupun spiritual.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk terus berkembang, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, dia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin, dia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, dia adalah orang yang celaka.” (HR. Al-Hakim). Hadis ini mengingatkan kita bahwa stagnasi dalam kehidupan, termasuk di zona nyaman, adalah sesuatu yang perlu dihindari.
Mengapa generasi kaula muda perlu keluar dari comfort zone?
1. Tantangan teknologi dan distraksi digital Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi generasi muda saat ini adalah distraksi digital. Media sosial, game online, dan hiburan digital lainnya sering kali menjadi penghalang untuk produktif. Kaula muda tumbuh dalam era teknologi yang menawarkan kenyamanan instan, mulai dari informasi, hiburan, hingga interaksi sosial. Namun, kenyamanan ini dapat menjadi jebakan. Terlalu lama berada di dalamnya bisa membuat kita malas untuk menghadapi tantangan, padahal Islam mengajarkan untuk selalu berusaha meningkatkan diri.
2. Menjadi Muslim yang berdaya saing di era modern islam tidak pernah menentang kemajuan teknologi, bahkan sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11). Ayat ini menjadi motivasi bagi generasi muda untuk tidak sekadar menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam kemajuan teknologi.
Menjadi Muslim yang up-to-date berarti mampu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, seperti belajar, berdakwah, dan berbagi manfaat. Namun, untuk bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak, diperlukan keberanian untuk keluar dari comfort zone yang hanya berisi hiburan dan konsumsi informasi yang tidak produktif.
3. memaksimalkan potensi diri dan mencari ridha Allah. Allah telah memberikan setiap manusia potensi yang luar biasa. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4). Potensi tersebut perlu dikembangkan dengan maksimal. Keluar dari comfort zone adalah salah satu cara untuk menemukan dan mengembangkan potensi diri. Generasi muda, khususnya para Muslim, dituntut untuk terus belajar, bekerja keras, dan mengejar prestasi yang bisa memberi manfaat bagi diri sendiri dan umat.
Strategi keluar dari comfort zone menurut syariat islam
1. Niat dan doa Setiap langkah menuju perubahan harus dimulai dengan niat yang kuat. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Niat hijrah dari zona nyaman harus dilakukan dengan tulus, untuk mencari ridha Allah. Setelah niat, berdoalah agar Allah memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan yang ada.
2. Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa) menyucikan jiwa dari sifat malas, pesimis, dan merasa cukup dengan keadaan sekarang merupakan langkah penting untuk hijrah dari comfort zone. Al-Qur’an mengingatkan kita, “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10). Tazkiyatun nafs dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, terutama zikir dan membaca Al-Qur’an, serta introspeksi diri secara rutin.
3. Membuat rencana hidup yang seimbang dalam islam, keseimbangan antara dunia dan akhirat sangat ditekankan. Oleh karena itu, rencana hidup yang baik adalah yang mempertimbangkan keduanya. Rasulullah bersabda, “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.” (HR. Al-Baihaqi). Ini berarti, generasi muda perlu memiliki tujuan yang jelas baik dalam hal karier, pendidikan, maupun ibadah.
4. Mencari lingkungan yang positif salah satu faktor yang dapat memengaruhi semangat kita dalam hijrah dari comfort zone adalah lingkungan. Lingkungan yang positif dan mendukung, baik dari keluarga, teman, maupun komunitas, dapat membantu proses perubahan ini. Rasulullah bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi.” (HR. Bukhari). Teman yang baik akan selalu mendorong kita untuk menjadi lebih baik.
5. Menetapkan target yang realistis dalam proses hijrah, menetapkan target yang realistis sangat penting. Memaksa diri untuk berubah terlalu cepat bisa berujung pada kegagalan. Islam mengajarkan untuk bertahap dalam setiap amalan, sebagaimana Allah menyukai amalan yang dilakukan terus-menerus meski sedikit. Rasulullah bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menjadi muslim up-to-date di era digital
Di era digital, menjadi muslim yang up-to-date bukan berarti mengikuti semua tren yang ada, tetapi memilih mana yang bermanfaat dan sesuai dengan syariat Islam. Memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang positif seperti dakwah digital, belajar melalui platform online, atau menggunakan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai Islam adalah contoh bagaimana generasi muda bisa tetap relevan dan berdaya saing tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai seorang Muslim.
Dengan teknologi, kita dapat mengakses berbagai ilmu agama melalui platform seperti YouTube, podcast, atau aplikasi Islami. Namun, harus diingat bahwa menjadi Muslim yang up-to-date juga berarti memiliki filter dalam menggunakan teknologi, memilih konten yang bermanfaat, dan menjaga akhlak Islami dalam interaksi digital.
Kesimpulan:
Hijrah dari comfort zone adalah langkah penting bagi setiap Muslim, terutama generasi kaula muda, untuk berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik, baik di dunia maupun akhirat. dengan niat yang tulus, penyucian jiwa, serta pemanfaatan teknologi yang positif, generasi muda dapat keluar dari comfort zone dan menjadi muslim yang up-to-date, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip syariat Islam. Era digital membawa tantangan, tetapi juga peluang besar untuk berkontribusi dalam kebaikan. Beranilah hijrah dari zona nyaman, dan jadilah muslim yang tangguh serta produktif di era modern ini.
Rabu, 11 September 2024.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)