Oleh : Jauhari SAg MEI (Jamaah Haji KBIHU Al Gratis Tahun 2024)
Metroliputan.7.com.–
Banyak kisah unik yang dialami oleh setiap jemaah haji dalam menempuh ritual hajinya, mulai dari yang _mengejutkan karena tidak pernah terduga sebelumnya yang membuatnya harus bersyukur tak terhingga karena telah dikarunia-Nya kesempatan memenuhi panggilan-Nya. Ada pula yang terkadang harus mengalami kebingungan dan kesasar jalan, bahkan tidak jarang serta merta air mata tumpah ruah tak terbendung._ Semuanya menjadi cerita unik yang perlu diambil pelajaran oleh masing-masing kita Pengalaman-pengalaman itu lahir sejak seorang hamba dipanggil berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji melalui pengumuman resmi dari kantor Kementerian Agama setempat.
Rasa haru biru, bingung, bahkan air mata mengalir tanpa dirasa sebagai sesuatu yang barangkali untuk ukuran dirinya tidak mungkin itu terjadi. Tetapi semuanya harus tunduk pada ketentuan Allah bahwa ketika Dia memanggil, maka tak seorangpun bisa menghalanginya.
Demikian pula ketika Dia tidak memanggil, maka kekuatan apapun tidak mampu membendung maupun menggagalkan kuasa-Nya. Kembali pada pengalaman-pengalaman yang berbeda, yang dialami oleh seorang jamaah haji, utamanya ketika dia tanpa sadar matanya mengalirkan air sederas-derasnya tak terbendung.
Peristiwa ini nyaris dialami oleh setiap jemaah haji, mulai dari yang berlatar belakang khusyu’ beribadah seorang pendosa yang sangat-sangat berat kesalahannya, bahkan oleh seorang pemulung sekalipun yang ditakdirkan memenuhi panggilan-Nya. Maka pada kesempatan ini kita akan mencoba mencari jawaban mengapa sedemikian mudah air mata mengalir, padahal hampir dipastikan setiap yang datang menjadi calon jemaah haji adalah mereka yang memiliki bekal yang relatif cukup walaupun mungkin tidak lebih.
Pertama, air mata tumpah ada hubungannya dengan kebiasaan kita dalam memandang kehidupan ini seolah kita yang menentukan arah dan kemana finish dari perjalanan hidup ini yang ternyata hal itu salah besar. Kita dipaksa untuk tunduk pada takdir bahwa kecil rasanya ketika kita melihat Ka’bah, kecil rasanya ketika kita melihat hamparan bumi Arofah, bahkan sebegitu rendahnya kita di hadapan Allah ketika kita dihadapkan pada satu fakta _betapa kecilnya kita ketika melihat keajaiban Ka’bah sebagai simbol kuasa Allah, kecil rasanya ketika kita berada di hamparan bumi Arafah di mana jutaan manusia berkumpul dalam satu harapan demi mendapatkan ridho Allah, demi mendapatkan pengampunan dari berbagai macam doa yang diajukan.
Begitu sederhana dan remeh-temeh kita tanpa kuasa sedikitpun ketika kita harus berdesak-desakan berjam-jam menunggu datangnya bus dan naik ke bis untuk melanjutkan perjalanan dari Muzdalifah menuju bumi Mina yang diberkahi. Semuanya telah menjadi bukti betapa air mata itu menjadi mudah mengalir bagi siapapun ketika Allah mempertontonkan kekuasaan-Nya kepada setiap kita.
Kedua,_ tumpahan air mata terjadi ketika seseorang berada dalam sebuah wilayah ritual mistis yang tidak pernah didatangi dan disangka-sangka sebelumnya. Ibarat peziarah ke makam-makam para shalihin dan para waliyullah. Kita tidak sedikit menjumpai mereka menangis di sekitar pusara para waliyullah itu.
Semua terjadi karena magnet karomah dan barokah para wali yang diziarahi menempel dan mengalir pada setiap jiwa yang datang. Disamping yang demikian, tempat-tempat sejenis itu sudah pasti dipenuhi oleh malaikat-malaikat Allah yang karena pengaruh itulah kemudian setiap yang datang baik sebagai pendosa, sebagai ahli ibadah, bahkan sebagai ateis sekalipun tidak jarang menumpahkan air mata tak terbendung dan tidak tersadari olehnya.
Ketiga, air mata tumpah ruah tak terbendung diakibatkan oleh besarnya harapan setiap orang, setiap jamaah haji yang di curah tuntaskan kepada Allah pada titik-titik bumi Allah yang dimuliakan, baik di sekitar Ka’bah Arafah, Mina, Muzdalifah maupun tempat lempar jumroh. Pada tempat-tempat yang dimuliakan itu para penziarah atau jemaah haji memposisikan diri dalam totalitas kepasrahan kepada Alla, memasrahkan segala kebutuhan dan permohonannya yang tidak terbatas agar Allah mengabulkan dan memenuhi apa yang menjadi pintanya yang mungkin menurut mereka sampai hari itu doa mereka belum dikabulkan oleh Allah SWT
Keempat, Allah SWT seolah ingin membiarkan air mata hamba-Nya terkasih itu terus tumpah ruah sepanjang waktu sebagai bentuk kedekatan-Nya dengan sang hamba, sebagai bentuk cinta-Nya kepada sang hamba untuk berdoa dan istiqomah menyambungkan saluran kebutuhan mereka yang apabila kebutuhan dan doa mereka belum juga terpenuhi, semuanya mesti dimaknai merupakan bentuk rasa sayang Allah kepada kita agar dalam kehidupan ini kita tetap menjadi orang yang dekat komunikatif kepada Allah, agar kita tidak pernah putus harapan bahwa Allah pasti mengabulkan doa kita. Persoalan dikabulkan langsung, ditunda atau bahkan tidak dikabulkan, semuanya tidak lebih sebagai bentuk kuasa Allah karena Dia Maha Tahu apa yang pantas untuk hamba-Nya. Dia Maha Kuasa untuk mengerti bahwa apa yang menjadi kebutuhan hamba-Nya belum tentu sesuai dengan apa yang menjadi keputusan Allah. Karena terbaik dalam ukuran hamba Allah belum tentu terbaik dalam kacamata Allah SWT. InsyaAllah Dia selalu berada dalam keputusan *memenuhi kebutuhan hamba-Nya, bukan memenuhi keinginan mereka. Dia pun Maha Tahu bahwa setiap apa yang dicurahkan setiap doa yang dimintakan, Allah Maha Tahu apa akibat yang mungkin akan terjadi pada sang hamba, baik ketika doa itu dikabulkan maupun ketika pengabulan doa itu tertunda.
Kelima,air mata tumpah ruah menjadi pembuktian bahwa Allah Maha Kuasa untuk membolak-balik hati sang hamba Allah, untuk memberi hidayah kepada hamba-Nya dan merubah nasib sang hamba, baik yang enak maupun tidak menurut ukuran sang hamba. Dari sanalah kemudian tidak jarang air mata demi air mata tumpah ruah membasahi sekujur tubuh, memenuhi kesadaran kita bahwa ketika Allah berkehendak mengangkat derajat sang hamba, maka tidak seorangpun mampu menghalanginya, begitu pula sebaliknya. _Wallahualam_
Kamis, 20 Juni 2024.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)