Oleh : Zulfatul Laili
Bangkalan, Metroliputan7.com.–
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan tiada habisnya. Baik dari segi sumber daya alam yang melimpah ruah, Indonesia juga memiliki kekayaan budaya yang begitu banyak dan unik. Apalgi makna yang tersembunyi dibalik suatu kebudaayaan tersebut. Salah satunya adalah kebudayaan masyarakat Jawa. Budaya di Jawa terkenal dengan budaya yang menarik dan masih kental dengan suasana yang magis. Diantara banyaknya budaya yang ada di Jawa salah satunya yaitu pernikahan. Adat pernikahan masyarakat jawa begitu unik dan mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan masyarakat Jawa dan budayanya.
Pernikahan adalah hal yang bisa dikatakan sakral, suci, agung dan sangat monumental karena akan dikenang hingga akhir hayat. Karena itulah pernikahan dilakukan. Selain untuk memenuhi syariat agama yaitu untuk menyempurnakan separuh iman (dalam agama islam), pernikahan juga bertujuan untuk meneruskan keturunan serta meneruskan naluri leluhur dalam membentuk keluarga dengan ikatan yang sah.
Dalam pernikahan masyarakat jawa terdapat pula tradisi pernikahan yang memiliki makna-makna estetis dalam setiap tahapan prosesi adat jawa. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Siraman. Siram dalam bahasa Jawa krama memiliki arti mandi. Mandi menurut bahasa Indonesia memiliki arti membersihkan tubuh. Sedangkan menurut tradisi Jawa siraman memiliki arti memandikan calon pengantin agar calon pengantin bersih, suci lahir dan batin serta pikiran yang jernih.
2. Midodareni: Kata midodareni berasal dari bahasa Jawa ‘widodari’ alias bidadari dalam bahasa Indonesia. Masyarakat Jawa percaya bahwa pada malam tersebut para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan menyambangi (mengunjungi) kediaman calon pengantin perempuan dan ada pula yang menyebut sebagai malam tirakatan karena para tamu yang datang pada malam itu wajib untuk wungon (terjaga) minimal hingga jam 00.00 pagi. Dengan maksud agar bidadari mengunjungi calon pengantin dan memberikan doa restu.
3. Ngidak Tigan: Ngidak Tigan (menginjak telur) oleh pengantin oria dan dibasuh oleh oengantin perwmpuan. ( Wijik Sekarsetaman) Ngidak Tigan ini bermakna ganda. Pertama, merupakan simbol peralihan dari masa lajang bagi kedua pengantin untuk memasuki dunia kehidupan baru yang berat dan penuh tantangan. Kedua, ritual ini memiliki nilai filosofis sebagai sebagai pemecahan selaput dara pengantin putri. Kedua pengantin memiliki kewajiban hayati sebagai suami-istri untuk memenuhi kebutuhan biologis dengan tujuan untuk memperoleh keturunan.
4. Sikepansindur: Ini adalah prosesi di mana kedua pengantin digendong oleh ayah pengantin perempuan. Digentok maksudnya bukan artian ‘gendong’ yang sebenarnya tetapi semacam dituntun menggunakan kain sindur pada tubuh kedua pengantin di mana kedua ujung kain dipegang oleh ayah dan kedua pengantin bersama ayah. Dan ibunya memegang dari belakang dan berjalan bersama. Arti sikepansindur adalah orangtua berharap kedua mempelai selalu rukun dan hubungannya erat satu sama lain. Ini juga sebagai tanda bahwa kedua pengantin telah dipersatukan oleh ayah pengantin perempuan.
5. Pangkuan: Dalam prosesi pernikahan adat Jawa juga ada pangkuan. Pangkuan maksudnya adalah kedua pengantin dipangku oleh ayah pengantin perempuan. Dari prosesi ini diharapkan kedua pengantin bisa bersikap adil. Dan diharapkan pengantin juga memiliki kasih sayang yang sama untuk kedua orangtua mereka.
6. KacarKucur: Adalah prosesi di mana pengantin pria mengucurkan kantong berisi biji-bijian, uang receh dan beras kuning ke sebuah wadah yang dipegang pengantin perempuan. Arti prosesi ini adalah suami bertugas mencari nafkah untuk sang istri. Sementara istri menerima dan menggunakannya dengan tulus ikhlas.
7. Dulang-dulangan: Maksudnya saling suap-menyuap. Sesi di mana kedua pengantin saling menyuapi sebanyak 3 kali. Dalam prosesi ini harapannya kedua pengantin bisa selalu rukun, saling menolong dan saling peduli serta saling mengasihi pada rumah tangga yang mereka bangun.
8. Sungkeman: Sungkeman ini dilakukan sebagai tanda bakti anak ke orang tua. Sungkeman juga sebagai prosesi untuk mendapat restu dari keluarga besarnya terutama dari kedua orang tua mereka.
9. Janur Kuning dan Tarub : Dalam pernikahan adat Jawa yang tak pernah terlewatkan adalah janur kuning dan tarub. Dengan adanya dua hal ini pernikahan yang dilangsungkan diharapkan mendapat kesejahteraan dan pencerahan. Adanya janur kuning dan tarub juga sebagai tanda bahwa pemilik rumah sedang ada hajatan besar dan semoga selalu diberi
kelancaran hingga akhir acara. Janur kuning juga dimaksudkan untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak diinginkan.
10. Kembar mayang: Kembar mayang juga sebagai hal penting dalam pernikahan adat Jawa. Kembar mayang terbuat dari janur kuning yang dibentuk sedemikian rupa. Setiap bentuk di kembar mayang memiliki makna berbeda. Bentuk keris bermakna pengantin harus berhati-hati. Bentuk burung bermakna kedua pengantin harus menjalani hidup dengan penuh motivasi dan semangat tinggi. Rumit, menarik, dan estetis.
Makna dalam setiap prosesi pernikahan masyarakat Jawa begitu magis dan mendalam. Para leluhur Jawa mungkin Tradisi pernikahan ini dilakukan dengan tujuan menjaga kebudaayan serta adat yang diwariskan para leluhur jawa tidak punah begitu saja.
Sabtu, 28 September 2024.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)