Bangkalan. Metroliputan7.com.–
Tragedi sadis yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, baru-baru terjadi di Bangkalan, peristiwa pembakaran jasad manusia yang sebelumnya sempat dilakukan pembunuhan secara keji.
Peristiwa itu bukan hanya membawa luka mendalam bagi korban dan keluarganya, tetapi juga menantang kita sebagai masyarakat untuk merespons dengan bijaksana. Dalam situasi seperti ini, muncul pertanyaan kritis, “Bagaimana kita dapat menyikapi peristiwa tragis ini tanpa melukai martabat korban dan melanggar norma yang berlaku di masyarakat?”
Pertama, dari *aspek hukum*
Penyebaran foto atau hasil otopsi yang eksplisit dan fulgar sering kali melanggar undang-undang terkait privasi dan perlindungan data. Konten semacam ini biasanya dirahasiakan dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan investigasi atau penelitian yang sah. Tanpa izin resmi, tindakan tersebut dapat menimbulkan konsekuensi hukum yang serius.
Kedua, dari *aspek etika* Kita harus menghormati privasi korban dan keluarganya. Gambar eksplisit kekerasan tidak hanya memperparah duka keluarga, tetapi juga dapat memberikan dampak psikologis negatif bagi mereka yang melihatnya. Tindakan ini sama tidak mencerminkan rasa empati dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Ketiga, dari *aspek sosial* Penyebaran konten semacam ini sering kali memperburuk trauma kolektif. Alih-alih membantu menyelesaikan masalah, hal itu bisa memicu ketakutan, kemarahan, atau bahkan normalisasi kekerasan di masyarakat.
Sebagai alternatif, jika tujuan kita adalah meningkatkan kesadaran atau menuntut keadilan, kita bisa melakukannya dengan cara yang lebih bermartabat dan bijaksana. Gunakan narasi yang kuat, data yang valid, atau ilustrasi yang tidak eksplisit untuk menyampaikan pesan.
Dengan demikian, kita tetap dapat membangun kesadaran tanpa mengeksploitasi penderitaan korban.
Tragedi ini adalah pengingat untuk terus mendorong perubahan dalam cara kita bersikap terhadap kekerasan.
“Sebarkan kesadaran, bukan ketakutan. Tunjukkan empati, bukan eksploitasi. Karena di balik setiap tragedi, ada harapan untuk masa depan yang lebih manusiawi dan adil.”